Senin, 21 Agustus 2017

Akhirnya Kuliah!

Akhirnya gue bisa kuliah. Setelah proses pendaftaran yang sangat ribet, dari jalur undangan sampai tes tertulis, akhirnya gue dinyatakan lolos tes tertulis Program Diploma IPB, di program keahlian (selanjutnya gue singkat "PK") Teknik dan Manajemen Lingkungan. Udah cukup lama gue merencanakan untuk menulis ini, akhirnya sempet juga. Pengumuman kelulusan tanggal 12 Agustus, tapi baru sempet nulis sekarang :')

Cukup mengagetkan, sih, begitu liat pengumuman kelulusannya, karena awalnya gue berharap gue diterima di PK Komunikasi, karena gue minatnya disana. Itu tujuan awal gue daftar di Program Diploma IPB. Tapi sekarang bersyukur aja, gue percaya minat bisa datang dengan sendirinya. Gak masalah gak dapetin tujuan awal, jangan berlama-lama kecewa, jalan-jalan aja dulu ke tempat lain, siapa tau nyaman di PK ini. Maybe i find something fun.

Ketika gue nulis ini, belum banyak kegiatan yang gue lakukan di kampus, hanya beberapa hari ini gue baru saja mengikuti pendaftaran ulang di kampus Cilibende dan upacara bendera 17 Agustus di lapangan Gymnasium IPB Dramaga.
Gue akan nulis kegiatan-kegiatan menarik selama menjalani kuliah di PK ini. Ditunggu aja tulisan selanjutnya~

PS: Gue gak janji, ya. Kalo sempet~

Kamis, 04 Mei 2017

Baru Permulaan

SD tamat, SMP tamat. Waktu SMP gue yakin SMA itu masa yang paling keren, bisa ketemu jodoh, bisa ketemu orang-orang yang keren secara penampilan dan keterampilan. Dan sekarang gue kelas 3 SMA, mulai merasa apa yang gue pikirkan soal dunia SMA itu salah, SMA itu biasa aja. Ya beda-beda dikit lah sama SMP, tapi tetep aja gue anggap itu biasa. Di SMA materi yang dipelajari memang lebih berat, disitu bedanya. Persamaannya adalah, masih banyak di SMA yang suka ledek-ledekan nama orang tua :))

Di SMP banyak waktu luang setiap pulang sekolah, waktu itu sih gue sering banget main ke warnet sampe sore. Di SMA semua waktu luang itu sudah langka. Sekolah selesai sore, sampai rumah istirahat, untuk baca buku aja harus curi-curi waktu tidur. Gak ada waktu untuk ke warnet. Di SMP gue punya banyak temen, jadi kegiatan ngumpul di rumah salah satu dari mereka dan ngabisin kue kering dirumahnya udah jadi rutinitas yang wajib gue lakuin. Sekarang di SMA, temen bukannya nambah banyak, malah makin sedikit. Temen baru ada untuk menggantikan temen lama hilang bersama kesibukannya, jadi temennya nambah dikit doang.

SMP bener-bener belajar disekolah. Sedangkan di SMA udah mulai cari uang dari hobi karena udah bosen belajar dikelas. Gue kenal beberapa temen gue yang udah nyari uang dari hobi, ada yang ngajar piano anak SD karena hobi musik, ada juga yang punya Rumah Produksi Film karena hobinya bikin film, ada juga yang banyak dapet endorse-an karena hobi posting foto di Instagram. Gue sih hobi nulis, tapi belum berpenghasilan.

Hobi nulis ini sebenarnya cabang dari hobi gue yang lain, yaitu cerita. Melenceng jauh dari cita-cita gue dari kecil sampai SMP, yaitu arsitek. Dari kecil gue suka liat megahnya bangunan, betapa kerennya konstruksi bangunan, sampai suka liat miniatur atau maket perumahan/apartemen, itu latar belakang cita-cita gue saat itu. Tapi seiring gue makin dewasa, makin banyak pikiran, makin sibuk dan gak punya temen untuk cerita, gue jadi suka nulis. Hobi nulis ini datang dari keinginan gue untuk cerita tapi gak ada tempat. Untungnya, gue ketemu Blog, tempat gue bercerita. Gue bikin blog itu waktu SMP, awalnya cuma iseng nulis cerita lucu, tapi sekarang, blog udah gue jadiin tempat curhat, tempat cerita tentang keresahan yang gue alami.

Hobi menulis ini semakin kuat dikelas 3 SMA karena temen-temen gue jadi super super sibuk ngurusin pendaftaran kuliah, sehingga gue jadi gak bisa cerita ke siapa-siapa selain lewat blog atau nulis cerita-cerita pendek. Beberapa minggu yang lalu, ketika sedang mendekati hari Ujian Nasional, gue jadi semakin mudah untuk menulis. Gak tau kenapa saat itu, ketika gue liat rintikan hujan dari belakang jendela, mendengar suara cipratan air dijalan, gue langsung punya ide untuk menulis cerita-cerita pendek, sebenernya sekalian curhat. Ini yang gue tulis saat itu:
"Langit gelap, awan pun menangis. Kami berdua berdiri dibawah satu payung transparan, kedinginan. Satu persatu butiran air hujan menghantam payung kami, beberapa butir ada yang bertahan, beberapa turun secara perlahan. Ia bertanya sambil menunjuk butiran air hujan yang terlihat dibalik payung, "jika satu butiran air hujan mewakili satu kenangan yang kulewati dengan seseorang, apakah yang ini untuk kita?", "Kita lebih dari itu, butiran air hujan milik kita akan berubah menjadi pelangi yang indah." Jawabku tegas. Tak lama kemudian, pelangi menampakkan dirinya, mengantar kami berjalan menuju gerbang sekolah dengan kondisi sepatu dan celana yang basah."

Cerita itu berdasarkan kejadian saat gue kelas 3 SMP, waktu itu gue berjalan bersama satu cewek, hujan-hujanan dibawah satu payung yang sama. Hal ini yang membuat gue suka menulis, gue bisa menulis isi hati sepuasnya. Beberapa hari yang lalu, 2 Mei 2017, gue sudah dinyatakan lulus Sekolah Menengah Atas, jadi sekarang gue bisa menulis kapanpun dimanapun. Idola gue, Raditya Dika, selalu mengutip ucapan idolanya, Salman Aristo, yaitu "Jadi penulis itu jangan cengeng." Maksudnya kalau kita penulis, ya kita harus menulis apapun yang terjadi. Menulis harus mengulik, bukan menunggu momen yang pas atau istilah kerennya "nunggu mood nulis", karena nunggu mood itu pasti akan menghambat kita untuk menulis. Bang Radit pernah bilang kalau dia pernah menulis dalam perjalanan, dipesawat, bahkan didalam bioskop. Dan sekarang gue, udah lulus sekolah, gue mulai belajar untuk melakukan hal yang sama, gue pernah menangkap ide yang seketika muncul ketika gue didalam angkot, dan langsung gue tulis di aplikasi notes di handphone, meskipun itu masih berbentuk pointers, tapi gue yakin gue bisa mengembangkannya jadi sebuah karya. Jadi siswa memang sudah selesai, tetapi jadi penulis, ini baru permulaan.
(Mungkin nanti gue akan jadi arsitek juga).

Rabu, 28 Desember 2016

[REVIEW] Hangout: Ketawain Orang Dibunuh

Hangout, film terbarunya Raditya Dika yang bener-bener beda banget dari sekian film yang sudah ia tulis, sutradarai dan ia bintangi, Komedi Thriller. Bunuh-bunuhan secara komedi. Walaupun film ini merupakan eksperimennya bang Radit karena kesukaannya baca buku-bukunya Agatha Christie dan suka main Werewolf, film ini cukup sukses, lah. 121.811 penonton dihari pertama, film ini jadi rekor jumlah penonton hari pertama terbanyak dibanding film-film bang Radit sebelumnya.

Dari Koala Kumal gue udah ngikutin vlog (video blog) proses shootingnya yang di upload di Channel YouTube-nya Raditya Dika, tapi gak sempet nonton filmnya. Jadi, Hangout ini film pertama yang gue tonton setelah ngikutin 20 vlog proses shootingnya. (Btw, shooting-nya 20 hari, jadi satu vlog menampilkan proses satu hari shooting).

Buat kalian yang juga ngikutin vlog shooting Hangout di YouTube-nya bang Radit, kalian harus banget nonton filmnya. Rasanya puas ketika nonton vlog hari ke-1 sampai ke-20 nyari tahu siapa pembunuhnya, ternyata begitu nonton, jawaban itu datang perlahan diiringi tingkah lucu para pemain.

Bunuh-bunuhannya gak sekeras film-film thriller luar negeri, sih. Gak sekeras film Orphan-nya Jaume Collet-Serra (referensi gue cuma itu, jarang nonton film thriller 😄). Pertanyaan "Jadi, ini siapa yang bunuh sih?!" akan muncul setelah ketawa-ketawa panjang. Komedinya sih works banget, di beberapa titik komedi bahkan ada yang rapat banget. Dibanding film-film bang Radit sebelumnya, punchline atau kalimat lucu lebih sering dilontarkan Raditya Dikanya sendiri, tapi untuk film ini, karena banyak aktor besar yang dilibatkan seperti Mathias Muchus, Dinda Kanyadewi, Titi Kamal, Prilly Latuconsina, Gading Marten, Soleh Solihun, Surya Saputra dan Bayu Skak dimana mereka berperan sebagai diri sendiri, membuat komedinya makin pecah karena gak disangka-sangka mereka bisa melakukan hal lucu dan aneh. Seperti kak Dinda Kanyadewi yang dari cuplikan teaser dan trailer aja udah lucu karena gak nyangka bakal begitu. Ada beberapa bagian dimana punchline yang belum selesai diomongin, penonton masih ketawa ngakak sampe sampe punchline selanjutnya jadi gak kedengeran. Bener kata orang-orang, orang dibunuhin bukannya kasian malah diketawain. Itu bukti kalo komedinya tetap pecah. Tapi beberapa review yang gue denger, gue juga ngerasa sih, dikit, kalo komedi di film ini terasa kurang logis dan agak absurd, mereka juga bilang kurang puas ketika keluar studio. Tapi menurut gue sih, fine-fine aja.

Buat kalian yang mengira film ini cuma sekedar komedi bunuh-bunuhan, kalian salah gaes (Karena awalnya gue ngira begitu 😄). Hangout tuh kompleks banget, ada ketawanya, ada penasarannya, ada bingungnya, ada takutnya, ada sedihnya, ada kasihannya, yang jelas ada pesannya. Buat kalian yang belum nonton dan berencana ingin nonton, tolong ajak teman-teman kalian sebanyak-banyaknya untuk ikut nonton bareng film Hangout. Bukan apa-apa, sih, soalnya gue nonton sendiri 😁 Kalian harus hangout sambil nonton Hangout!

Selasa, 08 November 2016

Masuk ke Wahana

Jadi begini rasanya di tahun terakhir sekolah. Guru-guru fokus untuk ngurusin kita yang mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Capek. Capek karena pikiran kita seperti terbagi dua, pikiran sebagai murid kelas 3, dan pikiran sebagai calon mahasiswa. Ada kalanya ketika pikiran itu berpikir dalam satu waktu yang sama. Contohnya, harus mengerjakan tugas-tugas pelajaran non-UN tetapi harus latihan mengerjakan soal-soal prediksi pelajaran UN. Tahun terakhir ini, gue kira masalah bisa selesai dengan mudah. Ya mudah, sih. Tapi masalah baru juga datang lagi dengan mudahnya. Kerjasama dengan teman juga 50:50, ada kalanya mereka gampang diajak, ada kalanya mereka sibuk. Yang ini gue paham, sih. Karena gue pun begitu. Suka susah diajak.

Sekarang gue akan UN lebih dulu dibanding waktu gue SMP tiga tahun lalu. Tiga tahun lalu ketika SMA lagi UN, gue masih bisa nonton di TV, sambil komentar dalam hati "Oh jadi begitu kalo anak SMA lagi pada UN..." Gue melihat sendiri bagaimana UN SMA itu menyeramkan. Karena menurut gue saat itu, UN SMP tidak akan semengerikan UN SMA. Di TV, sebelum UN SMA dilaksakan, selalu ada liputan tentang persiapannya. Ada beberapa siswa yang menangis histeris sampai pingsan. Apakah kami akan seperti itu?

Doakan kami. Sekarang saatnya giliran kami, merasakan bagaimana UN SMA. Merasakan apa yang orang-orang di TV itu rasakan. Ikut Pemantapan Materi dan pulang lebih sore. Bertanggung jawab atas apa yang kami ucapkan ketika SD ditanya "Kalau sudah besar mau jadi apa?". Susah bareng-bareng, sukses bareng-bareng. Tidak ada waktu untuk mengotak-kotakan teman. Ini saatnya untuk melaju bersama dengan satu instruksi yang sama. Ini saatnya masuk ke wahana masa depan, setelah 12 tahun menabung untuk membeli tiket masuk.

Rabu, 14 September 2016

[Review] Warkop DKI Reborn: Pecah Boss!

Warkop DKI rame di tahun 1980an, gue lahir tahun 1999. Jelas gue gak tahu apa-apa soal Warkop DKI. "Kenal" sama Om Indro aja waktu ia jadi Juri Stand Up Comedy Indonesia, 2011 lah kira-kira. Tapi celetukan-celetukan mereka di film sering gue denger karena populer banget.

Meski film-film mereka yang kerap kali ditayangin ulang di televisi, gue gak pernah sempet nonton. Jadi gue gali informasi soal Warkop dan tiba-tiba denger kabar kalo Sutradara film Comic 8, Mas Anggy Umbara, mau bikin Warkop DKI Reborn. Cukup menantang, sih. Film terakhir Warkop DKI itu "Pencet Sana Pencet Sini" (sumber: Wikipedia) tahun 1994, Reborn-nya rilis tahun 2016. Kebayang gimana susahnya membangkitkan gaya-gaya komedi ala Warkop, yang seolah tenggelam sama gaya komedi dari luar yaitu Stand Up Comedy. Untungnya film Warkop lama suka ditayangin ulang di TV, ditambah mas Anggy dibantu komika-komika yang biasa nulis materi stand up untuk nulis film ini. Ada bang Awwe dan Bene Dion. Mereka tahu lah, gaya komedi yang lagi ramai berkembang seperti apa, dan di-mix dengan gaya komedi Warkop zaman dulu. Jadinya keren, kata mas Anggy: Komedi Warkop dengan set-up kekinian.

Begitu gue nonton, jujur di menit-menit awal komedinya belum bikin gue ketawa. Masalah referensi, sih. Mungkin karena gue belum pernah nonton satu dari 34 film Warkop zaman dulu, jadi gue masih menerka jalannya cerita. Begitu masuk pertengahan film, komedinya mulai bikin gue ketawa. Lot of surprises, transisi antar scene-nya menarik, banyak komika jadi pemain cameo yang muncul ditengah dialognya Dono Kasino Indro, yang jadi buah bibir di Twitter sih adegan bang Yudha Keling. Gue tahu lagu Nyanyian Kode dari film Warkop yang lama. Surprise lagi. Bener kata mas Anggy, Nyanyian Kode di Warkop DKI Reborn diganti set-up nya jadi lebih kekinian. Gak kepikiran kalo Kasino nyanyi Nyanyian Kode di bandara.

Hari pertama berhasil cetak angka 560.000 lebih penonton. Angka satu juta cuma butuh waktu tiga hari. Waktu gue nulis ini, film Warkop DKI Reborn berhasil duduk di nomor satu Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa dengan angka 4,68 juta, mengalahkan film Laskar Pelangi yang sebelumnya duduk di nomor satu dengan angka 4,63 juta selama 8 tahun sejak 2008. Bangga banget bisa jadi satu diantara sekian juta penonton (karena pasti jumlahnya terus bertambah) dan menyaksikan gimana Warkop DKI dilestarikan bukan digantikan. Karakter DKI di Reborn menarik penonton yang masa mudanya nonton film-film Warkop, untuk mencocokkan karakter DKI yang pernah mereka tonton di tahun '80an. Sedangkan gue sebagai anak muda yang gak tahu Warkop DKI, menonton Jangkrik Boss untuk "cari tahu" Warkop DKI itu apa. Dan sekarang gue tahu, Warkop DKI Reborn itu: Pecah Boss!