Selasa, 08 November 2016

Masuk ke Wahana

Jadi begini rasanya di tahun terakhir sekolah. Guru-guru fokus untuk ngurusin kita yang mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Capek. Capek karena pikiran kita seperti terbagi dua, pikiran sebagai murid kelas 3, dan pikiran sebagai calon mahasiswa. Ada kalanya ketika pikiran itu berpikir dalam satu waktu yang sama. Contohnya, harus mengerjakan tugas-tugas pelajaran non-UN tetapi harus latihan mengerjakan soal-soal prediksi pelajaran UN. Tahun terakhir ini, gue kira masalah bisa selesai dengan mudah. Ya mudah, sih. Tapi masalah baru juga datang lagi dengan mudahnya. Kerjasama dengan teman juga 50:50, ada kalanya mereka gampang diajak, ada kalanya mereka sibuk. Yang ini gue paham, sih. Karena gue pun begitu. Suka susah diajak.

Sekarang gue akan UN lebih dulu dibanding waktu gue SMP tiga tahun lalu. Tiga tahun lalu ketika SMA lagi UN, gue masih bisa nonton di TV, sambil komentar dalam hati "Oh jadi begitu kalo anak SMA lagi pada UN..." Gue melihat sendiri bagaimana UN SMA itu menyeramkan. Karena menurut gue saat itu, UN SMP tidak akan semengerikan UN SMA. Di TV, sebelum UN SMA dilaksakan, selalu ada liputan tentang persiapannya. Ada beberapa siswa yang menangis histeris sampai pingsan. Apakah kami akan seperti itu?

Doakan kami. Sekarang saatnya giliran kami, merasakan bagaimana UN SMA. Merasakan apa yang orang-orang di TV itu rasakan. Ikut Pemantapan Materi dan pulang lebih sore. Bertanggung jawab atas apa yang kami ucapkan ketika SD ditanya "Kalau sudah besar mau jadi apa?". Susah bareng-bareng, sukses bareng-bareng. Tidak ada waktu untuk mengotak-kotakan teman. Ini saatnya untuk melaju bersama dengan satu instruksi yang sama. Ini saatnya masuk ke wahana masa depan, setelah 12 tahun menabung untuk membeli tiket masuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar